Sutardji!
Dengarkan aliranmu ini
Cur-cur-cur
Hat-hat-hat
Tulisku hancur
Hatiku kiamat
Mantra-mantra yang kau
ajarkan
Mengeong di kucingmu
Sutardji!
Kelam yang silam
Silam yang kelam
Kucingku yang lahir
ulahmu
Mencakarku kini garang
Lupakan sejarah
perkenalan
Dengarkan saja
Sutardji!
Dangkal pisau kata-ku
Tak kunjung tajam
Malah semakin karat
Dimakan air genang
Tenang-diam-pinggiran
Sesekali kucium
kawan-kawanmu
Chairil si misterius di
kuburan
Rendra di kematian
menawan
Taufik serupa namaku di
kebijaksanaan
Gus Mus yang masih di
Televisi nasional
Aku memesrakan
kesendirian
Kadang Gie muncul
tiba-tiba
Dari seringai kabut
desa
Sutardji!
Kau yang masih bernafas
Semakin kabur kabar
Gusar mata mencakar
Dieja tak tereja
Ditulis tak tertulis
Bala petaka digembala
Hingga kadang aku
terikut digembala
Nahas
Dunia yang setapak
Tak sampai kaki lelah
Otakku sudah dipenuhi
tanah
Sutardji!
“Malakut-malakut sepi”
Sajak masukku yang
silam
Kini disandera setan
Mendengarlah...
“Batu akik hijau lumut
Lumut hijau di jemari
tangan
Satu titik aku mengamuk
Amuk setan menghapus
kenang”
Sekedar pantun
kebisingan
Sutardji!
Cur-cur-cur
Hat-hat-hat
Merapi timur digusur
Sajakku-pun terlewat
Cur-cur-cur
Hat-hat-hat
Lebaran besar diusung
Sajakku-pun terlewat
Cur-cur-cur
Hat-hat-hat
Hati lelah gugur
Sajakku ayolah melayat
Masih banyak kematian
yang perlu diungkap
Sebelum dicibir
Sutardji
Bukankah begitu?
Sutardji!
Kucing mengeong
Kopi hitam diendus
Ada jutaan aroma beda
Apalagi beda kucing
Meeeooong...
Meeeeeeoooong...
Ada kebenaran dalam
kebenaran
Ada kenyataan dalam
kenyataan
Adakah kebenaran dalam
kesalahan?
Adakah kenyataan dalam
ketiadaan?
Meeeong...
Ada kucing korban
tabrak lari
Tak terlihat
Sutardji!
Ha... 10x
Lalu diam jemari berhenti
mengetik
20 Juli 2015
No comments:
Post a Comment