Dewi Airlangga (70)
Mimpi siang dalam
kerumunan cerita sebelumnya, nyata-nyata semua terasa, begini yang sebelumnya
di sebuah bilik, mimpi ada yang mengatakan reinkarnasi, boleh jadi yang akan
terjadi, boleh juga yang terulang kembali, jutaan persepsi semua boleh jadi,
lepas itu arti mimpi siang teramatlah berarti, karena sebuah romansa kini
bercerita lagi.
Sekedar merayu bukan
lagi jalan memiliki, setengah sia-sia mungkin saja bisa dikata, mimpi siang
yang akan terceritakan nasibnya sial, karena tanpa harapan, bukan reinkarnasi,
bukan terulang kembali, dan tak akan terjadi, selaput pemisah nyata dan mimpi
kini sejengkal saja, jelas tapi panas, tak meleleh meski demikian terbekas.
Mimpi siang, mula-mula
aku melihatnya di sebuah jalan, depan rumah yang dalam cerita aku di pintu
awal, ia memandangku tajam, hingga sampai terlewat jalan, ia tak henti, jelas
mata itu berbinar, entah keinginan, tangisan, atau boleh jadi cibiran, sedang
aku bersiap pesta di kebun belakang, aku rindu mata itu.
Selepas mata terbuka,
tak kuasa jemari menahan undangan, datang sukma-sukma masa lalu, berpesta yang
sebenarnya di sebuah layar, bermenukan mata indah sang impian, anggun ia
melewati jalan, masih jelas hingga di “kata” ini, meski yakinku ini bukan
reinkarnasi, bukan reka ulang, dan boleh jadi tak akan terjadi, dan jika
terjadi maka ini Dejavu dari sebuah mimpi, tetap sebuah misteri.
22 Juli 2015
No comments:
Post a Comment