Panjang judulnya
Tak bisa disederhanakan
Takut bias
Takut kalian tak paham
Takut kawan
Kelap-kelip itu adalah kalian
Pada kaki juang kita
Pada lembah kebodohan
Memungut pemahaman
Bukan kepandaian
Kawan, kini kelap-kelip
Lampu-lampu ini silau
Membutakan sementara yang sekarang
Sebab kini aku diam
Pada kesejukan malam
Yang sakral yang hening yang tenang
Kawan, kini kelap-kelip
Apa kabar kalian pada jalan
Sebab tahuku kalian belum pulang
Ceritakan meski sepenggal
Pada karya-karya yang pernah kita nikahkan
Dulu pada rindu
Sekarang-pun begitu
Kelap-kelip ingatan
Begini kawan kukabarkan
Aku sedang rehat sebentar
Mengenang drama kita
Yang disutradarai cinta
Di medan-medan karya
Kata, warna, sejarah mata
Kawan, kelap-kelip
Seakan tak mauku berhenti memenjara kata
Semakin liar meski ramai
Semakin tak hiraukan sekitar
Meski mereka goda-goda canda
Kawan, benar aku rindu
Pada acak tulisan menggerutu
Akh, apalagi kini datang
Tengah kelap-kelip
Pengamen karaoke
Pengamen cilik
Pengamen sepuh
Sesuka angin memaksa
Ingatan semakin mencuat
Kawan, aku benar-benar rindu
Kelap-kelip senja hingga malam ini
Lampu merah hijau hingga kuning lagi
Jeritan knalpot-knalpot
Jeritan peluit-peluit Jukir
Pak polisi bergerilya
Lagi-lagi aku terbawa
Meminang sukma kalian
Didudukkan pada hadapan
Mari menyeduh kopi, kawan
Sudah, sudah
Kelap-kelip, kelap-kelip
Aku ingin kembali pada nyata dahulu
Sebab mereka mulai mendugaku
Bisu atau mungkin gila merindu
Kawan, kawan, kawan
Kukecup sejarah kalian dengan kemesraan
Melebihi suka-ku yang sekarang
Yang diajarkan oleh kalian
Sampai jumpa
Mungkin esok kita akan bersua
Pada warung yang pernah kita singgah
Bersama
26 September 2015
Tak bisa disederhanakan
Takut bias
Takut kalian tak paham
Takut kawan
Kelap-kelip itu adalah kalian
Pada kaki juang kita
Pada lembah kebodohan
Memungut pemahaman
Bukan kepandaian
Kawan, kini kelap-kelip
Lampu-lampu ini silau
Membutakan sementara yang sekarang
Sebab kini aku diam
Pada kesejukan malam
Yang sakral yang hening yang tenang
Kawan, kini kelap-kelip
Apa kabar kalian pada jalan
Sebab tahuku kalian belum pulang
Ceritakan meski sepenggal
Pada karya-karya yang pernah kita nikahkan
Dulu pada rindu
Sekarang-pun begitu
Kelap-kelip ingatan
Begini kawan kukabarkan
Aku sedang rehat sebentar
Mengenang drama kita
Yang disutradarai cinta
Di medan-medan karya
Kata, warna, sejarah mata
Kawan, kelap-kelip
Seakan tak mauku berhenti memenjara kata
Semakin liar meski ramai
Semakin tak hiraukan sekitar
Meski mereka goda-goda canda
Kawan, benar aku rindu
Pada acak tulisan menggerutu
Akh, apalagi kini datang
Tengah kelap-kelip
Pengamen karaoke
Pengamen cilik
Pengamen sepuh
Sesuka angin memaksa
Ingatan semakin mencuat
Kawan, aku benar-benar rindu
Kelap-kelip senja hingga malam ini
Lampu merah hijau hingga kuning lagi
Jeritan knalpot-knalpot
Jeritan peluit-peluit Jukir
Pak polisi bergerilya
Lagi-lagi aku terbawa
Meminang sukma kalian
Didudukkan pada hadapan
Mari menyeduh kopi, kawan
Sudah, sudah
Kelap-kelip, kelap-kelip
Aku ingin kembali pada nyata dahulu
Sebab mereka mulai mendugaku
Bisu atau mungkin gila merindu
Kawan, kawan, kawan
Kukecup sejarah kalian dengan kemesraan
Melebihi suka-ku yang sekarang
Yang diajarkan oleh kalian
Sampai jumpa
Mungkin esok kita akan bersua
Pada warung yang pernah kita singgah
Bersama
26 September 2015
No comments:
Post a Comment