Bunga
Akh... bunga lagi
Biduan
Akh... sebutan klise
Merpati
Akh... Sebutan kurang ajar
Perawan
Begitu saja sebutan
Naluri sebatang insan
Bingung memastikan yang pasti
Hujan hingga kemarau
Hidup seakan mulai basi
Perawan bersembunyi
Entah dibalik bumi bagian mana
Sedari kumakan puisi
Hingga lapar lagi
Trotoar hingga ruang pertemuan
Belum gugur kehalalan bercinta
Perawan
Kapan mekar di kebun jiwaku
Mulai tandus ragaku
Peluh mulai tak nyaman mengucur
Perawan
Kini kutulis sebutanmu lagi
Dua baris per bait
Kau-pun paham maksudnya
Sebaris adalah aku
Sebaris lagi adalah kamu
Tiga baris empat baris dan seterusnya
Kita selesaikan bersama
Pada bilik beraroma melati
Sepenuh kita bersama
Perawan
Ini suratku untuk masa depan
Mungkin tidak mungkin ia
Sekarang aku memanggilmu
Mungkin saja kau ada
Atau aku keburu pergi
Lihatlah angka waktu itu
Tiada janji kita harus pergi
Perawan
Dimana-pun langit melihatmu malam ini
Aku layu
Mata-ku dicuri segerombolan
Demi dzikir do’a
Kupanggil dengan puisi ini
Tentang yang tak dapat diubah
Yang sudah ditetapkan
Perawan
Aku merindumu yang tak kukenal
Jambesari, 26 Oktober 2016
Akh... bunga lagi
Biduan
Akh... sebutan klise
Merpati
Akh... Sebutan kurang ajar
Perawan
Begitu saja sebutan
Naluri sebatang insan
Bingung memastikan yang pasti
Hujan hingga kemarau
Hidup seakan mulai basi
Perawan bersembunyi
Entah dibalik bumi bagian mana
Sedari kumakan puisi
Hingga lapar lagi
Trotoar hingga ruang pertemuan
Belum gugur kehalalan bercinta
Perawan
Kapan mekar di kebun jiwaku
Mulai tandus ragaku
Peluh mulai tak nyaman mengucur
Perawan
Kini kutulis sebutanmu lagi
Dua baris per bait
Kau-pun paham maksudnya
Sebaris adalah aku
Sebaris lagi adalah kamu
Tiga baris empat baris dan seterusnya
Kita selesaikan bersama
Pada bilik beraroma melati
Sepenuh kita bersama
Perawan
Ini suratku untuk masa depan
Mungkin tidak mungkin ia
Sekarang aku memanggilmu
Mungkin saja kau ada
Atau aku keburu pergi
Lihatlah angka waktu itu
Tiada janji kita harus pergi
Perawan
Dimana-pun langit melihatmu malam ini
Aku layu
Mata-ku dicuri segerombolan
Demi dzikir do’a
Kupanggil dengan puisi ini
Tentang yang tak dapat diubah
Yang sudah ditetapkan
Perawan
Aku merindumu yang tak kukenal
Jambesari, 26 Oktober 2016
No comments:
Post a Comment