Sudah mata menatap jingga, langkahpun mengarah duri agar
luka, juga hati ku buka untuk semua, namun semua hanya coba, kau wanita fiksiku
justru semakin buatku gila.
Lampion adalah umpama, kemana cinta menyebar bahagia, tapi
malah tidak kusangka, cintaku mengarah ke satu titik saja, wanita fiksiku raja
tunggal dalam jiwa.
Sudah, sudah. Fiksi lagi, fiksi lagi. Sebutlah saja nyata
lalu pendam, bumi mati kemudian terang, kala itu fiksi pastilah berperan
pejuang, kala itu juga kau wanitaku yang pastilah tetap menawan.
10-02-2014
Teruntuk Kabut