Aku meraih sepotong iri di bilik nadi
Untuk kau yang di Bandung
Untuk kau yang di Bandung
Mustika-mustika karya yang kau jejer di trotoar
Di dinding-dinding pasar
Bahkan di perempatan-perempatan jalan
Meski aku hanya mengintip dari kesunyiaan
Sebuah tempat dimana paceklik mimpi bertubi-tubi menghujam
Di dinding-dinding pasar
Bahkan di perempatan-perempatan jalan
Meski aku hanya mengintip dari kesunyiaan
Sebuah tempat dimana paceklik mimpi bertubi-tubi menghujam
Aku menggenggam bara api permusuhan abadi
Untuk kau yang di Bandung
Untuk kau yang di Bandung
Permadani-permadani kata yang kujejer di ke-tak-pastian
Di genting-genting harapan
Bahkan di jalan-jalan setapak persawahan
Meski kau tak sedetikpun melihat dari kemegahan
Sebuah tempat dimana pajangan-pajangan otak adalah kebanggaan
Di genting-genting harapan
Bahkan di jalan-jalan setapak persawahan
Meski kau tak sedetikpun melihat dari kemegahan
Sebuah tempat dimana pajangan-pajangan otak adalah kebanggaan
Aku mengernyitkan dahi
Untuk kau yang di Bandung
Di bawah terik panas hati yang kuderita
Aku akan melawan
Melukis Bandungku sendiri
Untuk kau yang di Bandung
Di bawah terik panas hati yang kuderita
Aku akan melawan
Melukis Bandungku sendiri
Pinggiran Bondowoso, 28 Pebruari 2015