Belum paham listrik
Meski kisahnya mudah
ditulis
Air, uap, nuklir, angin
Bahkan banyak lagi.
Belum paham
Lalu lewat serabut
hasil alam
Besi, logam, kuningan.
Belum paham
Berselancar lihai
hingga ujung percabangan
Dibagi menjadi angka-angka
Daya, tegangan, muatan.
Belum paham
Berlalu rapih proses
hingga proses pemanfaatan
Hingga muncul mata-mata
dua
Siap dikonverensikan ke
jalur beda
Lalu menjadilah secara
tulis sederhana
Kopi, cahaya, warna.
Tak paham
Alangkah bodohnya akal
Dawai peramai telinga
Pop, Rock, Jazz,
Reggae. Tak paham
Pun korban listrik
menumpahkan sengatan
Ternyata luas sebuah
kisah
Merah, kuning, hijau,
di percabangan jalan
Led di masjid agung
Isya’ 18.xx
Maghrib 17.xx
Subuh 04.xx
Dhuhur 11.xx
Ashar 15.xx
Jakarta, Paris,
Manchester, Rio. Tak paham
Mudahnya algoritma
berulah mapan
Ini mau kemana otak
berselancar
Sebab aliran listrik
nakal-nakal menantang
Ada kejanggalan terapan
Kenapa? Kenapa?
Kenapa?. Tak paham
Untuk apa? Untuk apa?
Untuk apa?. Tak paham
Dzikir dengan fikir
Mungkin pembaca paham
dengan “Tak paham”
Ajarkan penulis jika
kalian paham
Sebab malaikat mungkin
menyaksikan
Kebodohan adalah proses
memahami kebesaran Tuhan
Ini hanya kisah aliran
listrik
Ping, Notification,
Hastaq, Mention. Tak paham
Masih amat-sangat
banyak lagi kisah pijakan
Mari berkisah...
Dengan beragam
kebodohan
Jambesari, 31 Juli 2015
No comments:
Post a Comment