Jalur puisi tentang
surga
Sebab ia mempunyai mata
berbeda
Telinga berbeda
Logat berbeda
Diksi berbeda
Gatra berbeda
Sudut berbeda
Makna berbeda
Cara menghamba berbeda
Pernah dikata
Banyak jalan menuju
Roma
Banyak pula jalan
menuju yang Kuasa
Sebab bukan masalah
agama
Justru bagaimana
meng-agama-kan cara
Seperti jalur menuju
Jakarta
Banyak jalur
Banyak pula cara
menaklukkannya
Pesawat hukum fisika
Motor supranatural
Sepeda ayunan
bio-logika
Kapal pesiar berlayar
kefilsafatan
Ambulan dari kedokteran
Becak dengan
kemelaratan
Bahkan jalan kaki
“gembel” buatan
Hingga bukan masalah
cepat tidaknya sampai
Jakarta tetap tujuan
keagungan dengan jalur pilihan
Dan dengan cara pilihan
pula
Hanya tentang bagaimana
ke-khusuk-an
Lalu Jakarta bukan
hanya dogma paksaan
Sebab kadang hanya
karena biologis
Sebab kadang hanya
karena geografis
Meski sebab itu adalah
takdir
Lari ke pojok-an
sebagai taqlid musafir
Tentu bukan pilihan
sejati
Karena perkara
keyakinan harusnya dibumbui
Diasah setajam-tajamnya
Takut-takut harus
melawan kekafiran yang tiba-tiba
Seperti puisi yang
tercipta
Maka kadang membacanya
lagi adalah surga
Hingga tak mau
mengancam kata
Jika harus menulis dosa
Laailaaha Illallah
Do’a pada jalur
menghamba
Semoga Khusnul Khotimah
pada ujung dunia
Kala Izroil
menghentikan nafas pada fana-nya raga
Jambesari, 27-28 Juli
2015
No comments:
Post a Comment