Kabarnya, di beberapa pojok Indonesia, terdengar dari sang
pewarta berita televisi bahwa tren batu akik sudah mulai menurun. Harga semakin
anjlok, hal ini disebabkan oleh semakin mudahnya semua jenis batu akik untuk
didapatkan. Selain itu ada mainstrem anyar menyebutkan, ternyata pada
kenyataannya batu akik memang bukan merupakan barang investasi yang bagus
karena bukan termasuk pada jajaran batu mulia. Selesai. Tentang berita
kekanak-kanakan. Selanjutnya, mari berfikir pada jalur yang lebih nakal. Beri
judul yang lebih menarik. “Akik Sosialis”.
Betapa sangat luas sekali ketika kata Akik kita sandingkan
dengan kata Sosialis. Sebuah tren yang dilarikan dari kepentingan nominal,
sebuah tren yang dikaburkan dari penjara komersial “belaka”. Anggap saja kita
punya bola tapi sebenarnya kita tak bisa main sepak bola. Kita hanya membawanya
kemana-mana, dan ketika ada gerombolan penggila bola yang tak punya bola dan
atau tertarik pada bola kita, kita memberikan bola kita. Maka disanalah teori
Sosialis Defenitif bisa kita manfaatkan pada batu akik yang sengaja dijadikan
tema utama.
Selanjutnya, kita adalah awam (bukan bodoh) dalam dunia
per-akik-an – analogi sebelumnya kita tak bisa main sepak bola –. Jangan takut,
jangan sungkan, sebab dengan ke-awam-an inilah kita akan merasa nyaman dan pada
hakikatnya kitalah pemenang dalam pentas sosialis definitif ini. Kenapa
demikian, karena kita telah dianggap murid oleh si guru akik. Kita tak butuh
berbasa-basi lagi, cukup satu kayuhan maka puluhan pulau terlampaui.
Waktunya melebarkan sayap. Satu tema yang dikeruk dari tren
kekinian telah berhasil kita kuasai. Maka inilah waktu yang tepat untuk
melebarkan sayap. Buka mata, buka telinga, peka, cari objek yang paling dekat
dengan “lawan”. Jika sudah ketemu maka hantam dengan bias rapi dari Akik yang
sebelumnya telah menjadi tema pembahasan dalam interaksi sosial tersebut. Harus
lihai, buat lawan kita nyaman. Selanjutnya, pasti secangkir kopi akan keluar
dari dapur sang Guru Akik. Atau minimal akan ada senyum manis, pertanda kita
sudah diterima menjadi lawan main yang ideal. Dan kita menang.
Tapi jangan sampai berfikir kepentingan. Ini tentang
membangun silaturrohim, “Allah akan memutus rahmatnya jika kita memutus
tali silaturrohim, dan Allah akan “menyambung” rahmatnya jika kita tetap
menjaga silaturrohim.”. Menarik bukan?, Batu Akin kita larikan dari general
purpose yang kebanyakan hanya sebagai hobi atau penghasilan saja.
Transformasi angka menuju makna. Memetik nilai dari yang hanya sebagai “bangkai”.
Akik Sosialis.
Jambesari, Minggu-Senin, 31 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment